![]() |
Masyarakat Jawa/kompasiana.com |
Mengenai karakter masyarakat Jawa, tulisan Ben Andeson tentang Mitologi dan Toleransi Orang Jawa akan memberikan pemahaman tentang karakter masyarakat Jawa, sebagaimana yang tergambarkan dalam dunia wayang yang merupakan dasar moral masyarakat Jawa mengenai kehidupan.
Karakteristik masyarakat Jawa memang bisa diacungi jempol dan bisa dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat. Banyak dari masyarakat luar Jawa yang kagum dan tertarik dengan masyarakat Jawa akan karakteristiknya maupun sifatnya. Ada beberapa ciri khas yang dimiliki masyarakat Jawa yang perlu dicontoh sebagai pedoman hidup.
1. Nerimo Ing Pandum
Nerimo ing pandum oleh masyarakat Jawa berarti menerima dengan lapang dada, baik buruknya sesuatu yang diterimanya selagi datangnya itu dari Allah. Karena sesungguhnya apa yang telah diberikan oleh Allah patut untuk disyukuri, tidak boleh dikufuri. Masyarakat Jawa akan pasrah kepada Allah tentang segala hal yang sudah menjadi keputusan-Nya, meski sesekali mengeluh dengan semua keadaan, namun mengeluh menjadi suatu hal yang wajar.
Memang nerimo ing pandum ini sangat sulit dilakukan. Ketika memahami karakteristik asli menusia yang terlalu berambisi terhadap apa pun yang ada di dunia, maka ketika Allah memberikan rezeki yang lebih, maka akan selalu kurang. Sebaliknya, apabila diberikan ujian yang ringan, pasti akan mengeluh tiada habisnya. Maka dalam ajaran masyarakat Jawa nerimo ing pandum benar-benar diajarkan agar menancap dalam jiwa masyarakat Jawa.
Dalam berkehidupan, masyarakat Jawa tidak perlu berambisi tinggi, menjalani hidup sesuai dengan arus air yang mengalir, asalkan tidak terbawa arus air itu sendiri. masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah ojo ngoyo. Manusia dilarang memaksakan diri untuk melakukan sesuatu dengan terlalu berlebihan. Ketika masih dipaksakan untuk melakukan sesuatu tersebut, khawatir akan membuat manusia itu mendapatkan permasalahan yang kurang baik, seperti sakit baik hatinya mau pun batinnya.
2. Gotong Royong
Karakteristik lain yang dimiliki dan tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat Jawa adalah gotong royong atau saling membantu antara satu sama yang lain. Gotong royong di sini masih banyak ditemukan di daerah pedalaman Jawa. Gotong royong ini akan selalu terlihat di dalam kehidupan masyarakat baik dalam keadaan suka mau pun duka.
Pola hidup kerja ketika menerapkan sistem gotong royong ini akan meringankan beban. Maka dalam istilah Jawa ada pepatah yang mengatakan berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Jika manusia mau untuk bekerjasama dalam melakukan sesuatu, maka akan sangat terasa ringan, sebaliknya jika manusia masih mengedepankan sikap individunya, maka akan terasa berat dalam melakukan segala sesuatu.
Sejatinya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri. Artinya manusia pasti akan membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu hal tertentu. Ketika ada orang yang benar-benar membutuhkan bantuan, secara otomatis orang lain akan langsung turut membantunya, dengan cara apa pun dan seberat apa pun cara penyelesaiannya pasti akan dilakukan, apalagi yang mendapatkan masalah adalah masih saudaranya sendiri.
3. Ngajeni Wong Sing Luwih Tuo
Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antarpersonal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan agar tidak menyakiti hati orang lain.
Maka tidak perlu dibuktikan kembali sejauh mana masyarakat Jawa dalam menghargai seseorang yang lebih tua. Seperti halnya ketika di suatu tempat ada orang yang sedang berkerumun, secara langsung kita akan mengucapkan amit atau nyuwun sewu sebagai bentuk ngajeni wong. Siapa pun yang mampu menghargai orang lain, maka ia akan dihargai balik.
Bagi masyarakat Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono. Artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), dan harga badan dari pakaian.
Itulah beberapa ciri khas, karakter, sifat dan watak masyarakat Jawa. Namun demikian, perlu diingat kembali bahwasanya tidak semua masyarakat Jawa memiliki karakter tersebut. Mengingat kisah Pandawa dan Kurawa, masyarakat Jawa terbagi menjadi dua bagian, baik (Pandawa) dan jahat (Kurawa).
Update artikel lainnya melalui website Gagarmanik.ID hanya di Google News
0 Komentar