Gagarmanik.ID - Di dalam Nahdlatul Ulama, kita menemukan jalan untuk berjamaah dalam amaliyah, fikrah, harokah, dan ukhuwah. NU tidak hanya mengurusi politik (harokah), tapi juga:
- Amaliyah Aswaja, seperti tahlilan, istigasah, ziarah kubur, maulid, qunut, muamalah, munakahah, dll. Yang fardu, sudah pasti, yang sunah juga NU lakoni. Seperti salat gerhana, salat tasbih dsb.
- Fikrah Aswaja, seperti pesantren, sekolah, pengajian, majlis taklim, dakwah media dan mimbar, kajian ilmiyah bahtsul matsail, dll. Termasuk dalam fikrah, adalah akidah aswaja.
- Ukhuwah Aswaja, yaitu basyariyah, wathoniyah, dan islamiyah. NU mengurusi perdamaian masyarakat lokal dan dunia.
Kita menemukan muqobalah (pembanding) karakteristik ini dalam beberapa ormas lain. Walaupun ada beberapa ormas yang hanya (mencolok) dalam urusan harokah, atau politik. Di NU, kita menemukan: Amaliyah: 25%, Fikrah: 25%, Harokah: 25%, dan Ukhuwah: 25%. Jadi NU 100%. Kita pilih Ber-NU, sebagai jamaah sekaligus jamiyah untuk diri dan keluarga. Kita berjamaah, karena Nabi SAW mewajibkan untuk bersama jamaah:
Kenapa berjamaahnya di NU? Karena nilai-nilai NU, sejalan dengan prinsip Islam rahmatan lil alamin. NU yang berpegang teguh pada Alquran, Hadis, Ijma, dan Qiyas. Tidak ghuluw (berlebihan/ekstrem), tetapi memiliki karakter: Tawassuthiyyah (moderat), Tasamuhiyah (toleran), Tawaazuniyah (keseimbangan), I'tidaliyah (idealis), Istiqomah (konsisten), Ishlahiyyah (reformatif), Tathowwuriyah (dinamis), Manhajiyah (pola pikir metodologis), Amar ma'ruf nahi mungkar.
Tanpa jamaah, kita ibarat debu di semesta yang luas. Tanpa jamiyyah (organisasi), kita ibarat sepotong rumput liar yang tidak terurus. Kita Ber-NU, memilih jalur NU, bersanad melalui guru2 Aswaja. Ada sandaran, ada rujukan, dan ada pertanggung jawabannya.
NU yang lahir 1926, memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal kehidupan beragama dan bernegara dalam bingkai NKRI. Dalam Bahtsul Matsail Muktamar NU tahun 1936 di Banjarmasin, jauh sebelum Indonesia merdeka disebutkan bahwa Indonesia adalah negeri Darussalam, tidak ubahnya Negara yang dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah, membangun Negara Perdamaian, Negara Darussalam bukan Negara Darul Islam. Dengan Piagam Madinah, tidak mengedepankan Islam semata tetapi persatuan dan kesatuan, sebagaimana Firman Allah yang artinya: “Tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam” (Al-Anbiya’, 21: 107).
Semoga kita diakui murid KH. Hasyim Asy'ari, bersambung sanad juga kepada KH. Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Albantani, para Imam Ahlussunah wal Jamaah, dan dikumpulkan bersama para ulama salafus sholeh yang mumpuni dalam duniawi dan ukhrowi. Aamiin ya robbal alamin.
Kebenaran tanpa struktur, akan dikalahkan oleh kebathilan yang terstruktur.
0 Komentar