Makam Syekh Jumadil Kubro yang berada di Trowulan, Mojokerto. Foto: Istimewa 
Gagarmanik.IDSudah sejak lama tidak ziarah di makam Syekh Jumadil Kubro dan haru bisa ziarah untuk kali keduanya pada hari Ahad, 7 Agustus lalu. Sebab pada saat kali pertama ziarah di Makam Syekh Jumadil Kubro pada saat masih kecil. Hanya satu yang aku ingat dari kecil hingga hari ahad lalu, yakni satu pohon yang berada di area makam. Pohon tersebut tidak ditebang, melainkan dibiarkan tumbuh sebagaimana mestinya, hanya saja dibuatkan lubang khusus untuk di atap area makam beliau, sehingga pohon tersebut dapat tumbuh dengan batang menembus atap yang berlubang itu.

Sebelumnya, Syekh Jumadil Kubro sebenarnya bukan nama asli beliau, nama yang sebenarnya adalah Syekh Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias Sayyid Hussein Jumadil Kubro merupakan sosok wali songo sangat terkenal di tanah Jawa. Sebab beliau sendiri memang bertugas menyebarkan agama Islam di tanah Majapahit dan Jawa.

Syekh Jumadil Kubro merupakan walisongo kelahiran 1310 M di daerah Malabar. Sementara makam beliau beralamatkan di Makam Troloyo, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Berdasarkan papan nama yang berada di sebelah barat gapura atau pintu masuk maka, ada sebanyak 19 nama yang juga dimakamkan di sana, di antaranya:

  1. Syekh Al Chusen;
  2. Imamudin Sofari;
  3. Tumenggung Satim Singomoyo;
  4. Patas Angin;
  5. Nyai Roro Kepyur;
  6. Petilasan Walisongo;
  7. Syekh Jumadil Kubro;
  8. Sunan Ngudung;
  9. Raden Kumdowo;
  10. Ki Ageng Surgi;
  11. Abd. Rohman
  12. Abd. Rochim
  13. Syech Jaelani;
  14. Syekh Qohar;
  15. Mbah Besuki;
  16. Ratu Ayu Kenconowungu;
  17. Mbah Notosuryo (Makam Tujuh);
  18. Syech Maliki; dan
  19. Mbah Rombyong (Syech Muniron).

Selanjutnya, pada saat ini nampak perubahan yang begitu pesat. Saat kemarin nyampek sana, alangkah kagetnya karena banyak sekali perubahan pada kompleks makam Troloyo itu. Namun ada beberapa bangunan yang dari dulu hingga sekarang tetap alias tidak ada perubahan juga ada.

Dari pintu masuk sebelah timur, saya berjalan ke barat dan berhenti sejenak sambil melihat papan nama tokoh siapa saja yang dimakamkan di sana. Tidak sampai 5 menit, saya langsung menuju ke barat atau makam Syekh Jumadil Kubro.

Yang saya ingat lagi selain dari pohon itu adalah gapura pintu masuk makam yang berada di sebelah selatan. Rasanya tidak ada perubahan pada bangunan yang membentuk gapura mini itu. Selepas itu berjalan ke area makam. Tidak lupa pula saat hendak masuk ke area makam turut mengucapkan salam sembari mendahulukan kaki kanan dan diikuti kaki kiri.

Melihat ada banyak sekali rombongan peziarah, meskipun tidak benar-benar penuh, namun di semua sudut makam beliau semuanya ada orang yang membacakan kalimat tahlil. Jadi saya memutuskan untuk duduk di selatan makam beliau sembari menunggu azan zuhur selesai dikumandangkan.