![]() |
Gelar bazar buku murah di Gedung Budayaloka Tuban, kuatkan literasi masyarakat/Foto: Istimewa |
Hal tersebut sangatlah memprihatinkan untuk Masyarakat Indonesia sendiri. Literasi di Indonesia dapat dikatakan rendah dikarenakan beberapa faktor diantaranya, Masyarakat Indonesia cenderung malas membaca buku sehingga minat membacanya rendah. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya pembiasaan membaca. Pembiasaan membaca memang tidak bisa dilaksanakan secara instan. Dimana sebaiknya pembiasaan membaca dilakukan sejak dini sehingga akan membentuk kebiasaan membaca buku. Karena Orang tua merupakan perpustakaan atau pendidikan pertama bagi anak dalam belajar membaca, etika dan lainnya.
Pola asuh yang tepat akan membuat anak asik dan terbiasa membaca buku. Penerapan ini sangatlah bagus bagi Masyarakat dan Orang tua agar anak semakin berwawasan dan fokus dalam belajar. Selain itu Pembiasaan Literasi dikatakan tidak bisa instan bukan berarti harus dilakukan dalam waktu yang lama. Namun kadang kalanya dengan sebuah paksaan membaca. Seperti Program Literasi yang sering dan rutin diadakan sebelum pembelajaran di sekolah dimulai, hal tersebut akan membuat anak mau tidak mau harus tetap membaca buku yang telah dipilihkan. Hal tersebut tanpa disadari oleh para pelajar atau siswa sudah menjadi kebiasaan mereka dalam berliterasi karena sudah terbiasa setiap harinya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai.
Selain itu, lingkungan yang kurang mendukung dapat menyebabkan literasi pada anak atau masyarakat menurun dikarenakan lingkungan yang kurang kondusif untuk membaca misalkan lingkungan yang bising, kurang nyaman serta pergaulan yang tidak gemar membaca dapat menyebabkan minat baca rendah. Serta pengaruh gadget juga menyebabkan minat baca masyarakat turun dikarenakan mereka cenderung lebih tertarik bermain gadget. Namun kita dapat mengambil hal positif dengan memanfaatkan gadget sebagai media Literasi Digital.
Saat ini, Masyarakat lebih condong menggali informasi di ranah digital melalui internet yang tahun ke tahun semakin berkembang. Masyarakat mulai mampu menyaring informasi apapun yang layak untuk dikonsumsi dan dapat mengelompokkan mana informasi positif maupun negatif. Untuk kalangan Pelajar dan Mahasiswa, literasi digital kini semakin maju dan dimanfaatkan dengan baik. Banyak Mahasiswa yang mencari referensi melalui internet. Dan hal tersebut secara otomatis sudah masuk dalam berliterasi. Apalagi saat ini diera digital ini apapun dapat dicari dan didapat di internet. Begitu banyak buku digital yang dapat diakses, berbayar maupun gratis.
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bekerja sama dengan Katadata Insight Center (KIC). Secara keseluruhan, Indeks Literasi Digital Indonesia tahun 2021 mencapai 3.49 dari skala 1-5, atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3.46. Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 dilakukan melalui survei tatap muka kepada 10.000 responden di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Karakteristik responden adalah pengguna internet berusia 13-70 tahun.
Dari survei tersebut ditemukan bahwa budaya digital (digital culture) mendapatkan skor tertinggi, 3.90. Diikuti etika digital (digital ethics) (3.53), dan kecakapan digital (digital skill) sebesar 3.44. Kemudian keamanan digital (digital safety) mendapat skor terendah, 3.10 atau sedikit di atas sedang. Pengukuran indeks literasi digital ini selain untuk mengetahui status literasi digital di Indonesia juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat sasaran. Sehingga berdasarkan hasil pengukuran indeks literasi digital Indonesia, Literasi digital masyarakat Indonesia cukup baik. Itulah hal positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan gadget sebagai media literasi secara digital.
Kebiasaan membaca buku saat ini lebih sering dilakukan di media digital atau gadget. Sehingga buku-buku jarang dibaca. Karena bagi Masyarakat informasi dan buku-buku yang diinginkan cukup diakses melalui internet tidak perlu repot datang ke perpustakaan untuk meminjam selain itu dapat kita sadari ketersediaan toko buku di Tuban hampir tidak ada. Sehingga Masyarakat yang membutuhkan pun kesusahan dan harus memesannya di online shop atau mengakses melalui internet.
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk menguatkan literasi pada Masyarakat, Pemerintahan kabupaten Tuban melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) berdasarkan arahan dari Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky mengadakan bazar buku murah yang digelar di gedung Budaya Loka dengan menggandeng penerbit Mizan Pustaka asal Bandung tujuannya untuk memperbaiki dan menguatkan literasi Masyarakat di Kabupaten Tuban.
Dalam acara Bazar buku murah ini menyediakan berbagai macam buku diantaranya ada novel yang kerap diincar oleh berbagai kalangan karena memiliki alur yang seru selain itu juga ada buku-buku membaca, berhitung dan mewarnai yang cocok untuk anak sekolah usia dini dan buku pelajaran lainnya untuk para pelajar mulai dari SD hingga SMA.
Selain itu Bazar buku ini juga terdapat buku-buku Internasional yang sedang banyak digemari dan ditulis oleh para penulis terkenal di kancah Internasional. Dan kegiatan itu ramai dikunjungi, saya sebagai penulis tak tinggal diam untuk berkunjung di Bazar buku tersebut, gedung Budaya Loka dipenuhi beraneka ragam buku bermanfaat, begitu takjub hingga kebingungan untuk memilih buku yang hendak dibeli hingga atensi tertuju pada buku di jajaran rak novel berjudul The Memories Of Algebra By Arumi E. Yang mengandung pembelajaran Matematika di dalam novel tersebut.
Dengan pengoptimalan program literasi salah satunya dengan mengadakan bazar buku sangatlah bermanfaat bagi Masyarakat juga Para penyuka buku memiliki kesempatan membeli buku secara langsung hal tersebut semakin mendorong penguatan dalam berliterasi. Dengan pengoptimalan Literasi kita harus memulainya sejak dini dan juga dari diri sendiri, semakin banyak buku yang dibaca maka wawasan akan semakin luas. Karena buku adalah jendela dunia.
Pengoptimalan dimulai dengan memanajemen diri sendiri menyempatkan waktu untuk berliterasi. Jangan malas dan menunda-nunda juga jangan bergantung pada kecanggihan media digital. Tumbuhlah dalam lingkungan yang sehat dan positif, gemarkan diri untuk membaca karena sangat bermanfaat bagi kita ke depannya. Maka marilah kita kuatkan jiwa literasi ini seoptimal mungkin. Jangan menunggu kala kita siap, paksakan diri karena kebiasaan kadang kalanya dimulai dari sebuah paksaan. Mari kita tingkatkan nilai Literasi di negara tercinta kita, Indonesia.
Penulis: Meilany Kusuma Ayu, mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Study Pendidikan Matematika Angkatan 2023 Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.
Keterangan: ini merupakan tulisan opini yang ditulis mahasiswi Universitas PGRI Ronggolawe sebagai bentuk tugas UAS mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh ibu Yunita Suryani, M.Pd.
0 Komentar