![]() |
IAINU Tuban Dapat Apresiasi Kemenag, Prof. Sahiron: Tanpa Kampus Swasta, Pendidikan Tinggi Sulit Tertangani/Foto: Gagar Manik |
Turut hadir pula para kepala sekolah dan madrasah di lingkungan Bumi Pendidikan Manunggal, alumni, mahasiswa, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Phil. Sahiron menyampaikan ucapan terima kasih kepada Nahdlatul Ulama atas peran aktifnya dalam mencerdaskan bangsa melalui jaringan perguruan tinggi, termasuk IAINU Tuban. Ia menekankan bahwa dari lebih dari 800 perguruan tinggi keagamaan Islam yang dikelola oleh Kementerian Agama, hanya 58 di antaranya yang berstatus negeri, sedangkan mayoritas lainnya adalah swasta.
"Mayoritas perguruan tinggi kita adalah swasta, dan itu sangat membantu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka atas nama pemerintah dan Kemenag, saya menyampaikan terima kasih kepada NU, termasuk IAINU, atas kontribusinya," ujar Prof. Sahiron.
Ia menambahkan bahwa tanpa dukungan kampus swasta, pemerintah akan kesulitan mengelola pendidikan tinggi. Karena itu, pemerintah memberikan apresiasi melalui program maupun dukungan finansial, termasuk layanan pembukaan prodi baru dan perubahan status lembaga.
"IAINU Tuban juga sedang mengajukan prodi S2 PAI, nanti akan kita cek. Jika ada kendala, silakan koordinasi langsung," lanjutnya.
Kepada sivitas akademika IAINU Tuban, Prof. Sahiron mengajak untuk menjaga semangat Ramadan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam peningkatan kualitas akademik. Ia mengutip Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 128 yang menggambarkan semangat empati dan kepedulian.
"Dosen harus terus membaca dan meningkatkan keilmuan. Pimpinan wajib memberi fasilitas dan dukungan. Dosen juga perlu saling memperhatikan, bukan hanya sibuk urus diri sendiri," pesannya.
Sementara itu, Rektor IAINU Tuban, Prof. Dr. M. Syamsul Huda, M.Fil.I., menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Dirjen dan berharap semangat Ramadan terus membekas di bulan Syawal dan seterusnya.
“Semangat, kedisiplinan, dan ghirah selama Ramadan jangan berhenti. Saya berharap civitas akademika bekerja secara ikhlas, cerdas, dan kolektif,” ujarnya.
Rektor IAINU juga menyoroti tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, baik dari sisi perubahan sosial maupun kelembagaan. Ia menilai paradigma masyarakat terhadap pendidikan sudah berkembang, di mana keterhubungan antara ilmu umum dan ilmu agama menjadi tuntutan utama.
“Pendekatan ganda—ilmu hidup dan bimbingan hidup—sangat diminati masyarakat. Ini sesuai dengan doa kita fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah,” jelasnya.
Perubahan status kelembagaan juga menjadi perhatian. Ia mencontohkan bagaimana peralihan dari satker ke BLU dan kemudian ke PTN Badan Hukum (PTNBH) turut mengubah skema penerimaan mahasiswa, termasuk hilangnya kuota baku.
“Dampaknya, PTN bebas menjaring mahasiswa sebanyak mungkin, termasuk dari desa dan pesantren,” ungkapnya.
Prof. Syamsul juga menegaskan perlunya perguruan tinggi menghasilkan alumni yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sejahtera secara ekonomi. Oleh karena itu, selain teori, penting pula praktik melalui laboratorium.
“Produk akademik harus aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Dosen juga perlu mengubah paradigma agar lebih peduli pada kebutuhan nyata di lapangan,” imbuhnya.
Rektor IAINU menekankan pentingnya dukungan dari seluruh elemen NU terhadap kampus ini. Ia berharap kepercayaan penuh diberikan kepada IAINU sebagai lembaga milik warga NU.
“Naif jika pemiliknya sendiri tidak percaya pada lembaga yang dimiliki,” tegasnya.
Di akhir sambutan, Prof. Syamsul menyampaikan bahwa IAINU Tuban kini membuka kemitraan dan akses program internasional, termasuk mengupayakan dosen-dosen berpengalaman luar negeri. Hal ini membutuhkan pengorbanan, termasuk pengalihan anggaran untuk mewujudkan visi besar kampus.
0 Komentar