![]() |
Potensi Besar Siwalan Tuban dan Tantangan Limbahnya. (Foto: Gagar Manik) |
Berdasarkan data resmi Pemkab Tuban pada tahun 2023, tercatat ada 1.821 hektare lahan yang ditanami pohon siwalan-lontar. Luasnya lahan tersebut menunjukkan betapa siwalan masih menjadi komoditas yang lestari dan terus dibudidayakan secara turun-temurun. Fakta ini membuktikan bahwa produksi buah siwalan tetap stabil, tanpa penurunan yang berarti, meskipun banyak tantangan perubahan zaman dan pola konsumsi masyarakat.
Dengan kemampuan menghasilkan 6–12 tandan buah atau sekitar 90–180 buah per pohonnya, siwalan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian lokal. Setiap musim panen, ribuan buah siwalan dipetik untuk kemudian dijual di pasar-pasar tradisional hingga ke luar daerah. Bahkan, berdasarkan catatan produksi, buah siwalan di Tuban mampu mencapai angka 7.000 ton per tahun. Angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan wujud nyata peran siwalan dalam menghidupi banyak keluarga petani dan pelaku usaha kecil di Tuban. Buah ini banyak dijual sebagai oleh-oleh khas daerah, memperkenalkan nama Tuban ke berbagai penjuru dan menjadi ikon kebanggaan masyarakat lokal.
Namun, di balik potensi besar ini, ada satu masalah yang patut mendapat perhatian serius: limbah sabut siwalan. Sayangnya, bagian dari buah siwalan ini kurang dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah yang menumpuk di kebun-kebun. Setiap musim panen tiba, tumpukan sabut yang dibiarkan begitu saja menjadi pemandangan umum di banyak wilayah penghasil siwalan. Jika dibiarkan, limbah ini tidak hanya merusak estetika lingkungan yang asri, tetapi juga berpotensi mencemari tanah dan air. Kondisi ini semakin parah ketika musim hujan tiba, di mana limbah sabut yang membusuk menghasilkan bau tidak sedap serta menjadi tempat berkembang biaknya berbagai hama dan penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat sekitar.
Melihat potensi besar pohon siwalan dan masalah lingkungan yang menyertainya, saya berpendapat sudah saatnya masyarakat dan pemerintah daerah berinovasi. Tidak cukup hanya menikmati hasil dari buah siwalan, kita perlu memikirkan langkah-langkah konkret untuk mengelola limbahnya. Pemanfaatan limbah sabut siwalan bisa menjadi peluang baru, baik dalam bentuk kerajinan tangan seperti tas, tikar, dan hiasan rumah, ataupun sebagai bahan bakar alternatif dan produk ramah lingkungan lainnya. Dengan kreativitas dan perhatian yang serius, limbah ini bisa diubah menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat sekitar, sekaligus menjadi solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Sudah waktunya kita tidak hanya membanggakan hasil siwalan, tetapi juga bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan. Membangun ekosistem ekonomi berkelanjutan berbasis siwalan adalah langkah cerdas untuk menjaga warisan lokal Tuban tetap hidup dan berkembang di masa depan.
Penulis: Wahdana Maulatin, Totok Agustian, Rifanul Firman, Wijaya Rizkianto.
0 Komentar