![]() |
Dari Kader ke Pemimpin: Jinantiya Baqita, Ketua IPPNU Kediri yang Menjadi Wisudawan Terbaik UNAIR. (Foto: Gagar Manik) |
Bagi Jinantiya, pendidikan bukan sekadar soal angka IPK atau gelar. Ini tentang nilai. Ini tentang perjalanan. Tentang jatuh bangun yang ditempuh dengan tekad dan doa.
“Bagi saya, proses perjalanan mencari ilmu memang sebuah perjalanan yang berliku-liku. Akan ada banyak tantangan yang mewarnainya. Tapi saya yakin bahwa Tuhan tidak akan mempersulit hambaNya yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.”
Awalnya, sebelum menyelesaikan skripsi S1, Jinantiya sempat berdiskusi panjang dengan dosen pembimbingnya. Obrolan itulah yang menjadi titik tolak keputusannya untuk lanjut S2. Ia memilih PSDM UNAIR, dengan minat khusus pada industri kreatif—hal yang tak lepas dari usahanya di bidang ekonomi kreatif.
“Saya biasa aja kok,” katanya merendah. Tapi dari sinilah justru terlihat bahwa ia bukan sekadar pintar, namun juga punya nilai.
“Tidak menonjol dalam hal apapun. Tapi orang-orang di dalamnya sangat mensupport apapun yang ingin diraih alumninya.”
Perjalanan S2-nya bukan tanpa ragu. Ada rasa cemas, ada insecure kecil yang menyapa. Terlebih ketika akhirnya ia dinobatkan sebagai salah satu wisudawan terbaik.
“Insecure dikit hehehe. Jadi alumni UNAIR itu berat tanggung jawabnya karena menjaga reputasi kampus dan seisinya, apalagi menjadi salah satu wisudawan terbaik.”
Namun, ia tidak larut dalam pujian. Ia memilih tetap membumi dan menjalani hidup dengan prinsip stoikisme.
“Sesuatu yang bisa saya lakukan akan saya lakukan sesuai kemampuan. Dan hal-hal di luar kendali saya, akan saya pasrahkan kepada Tuhan.”
Jinantiya percaya bahwa setiap gelar membawa tanggung jawab. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk semua harapan yang melekat di belakangnya—dari keluarga, sahabat, hingga organisasi seperti IPPNU yang telah menjadi ruang tumbuhnya.
“Sesuatu yang melekat pada diri kita tentu saja menjadi bentuk tanggung jawab diri sendiri. Salah satunya gelar. Ada banyak harapan banyak orang yang ada di dalamnya untuk bagaimana kita sebagai yang menyandang gelar tersebut dapat menebarkan kebermanfaatan.”
Kini, Jinantiya menjalani hari-harinya dengan sederhana. Mendengarkan musik, menata mimpi baru, dan terus bergerak. Karena menurutnya, hidup bukan tentang seberapa cepat kita tiba, tapi seberapa sungguh-sungguh kita melangkah.
0 Komentar